SEKILAS INFO
  • 4 tahun yang lalu / Ayoo makmurkan masjid kita…
WAKTU :

Autisme

Terbit 2 July 2019 | Oleh : admin | Kategori :
Autisme

Meski belum ada data yang pasti, namun banyak pihak memastikan bahwa angka autisme di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya angka autisme merupakan gejala atau trend yang bersifat mendunia, artinya bukan hanya Indonesia saja yang menghadapi masalah ini. Situasi  ini tentu saja mengkhawatirkan banyak pihak, bukan saja bagi kalangan medis dan para orang tua, para praktisi pendidikan pun dituntut untuk memikirkan masalah ini secara serius, mengingat pengembangan model pendidikan bagi anak autistik bukanlah perkara yang mudah.

Oleh karenanya, satu langkah sederhana yang akan banyak berguna dalam penanganan autisme pada masa-masa yang akan datang adalah peningkatan pemahaman tentang autisme bagi masyarakat. Jika masyarakat memahami autisme secara benar, diharapkan handling masalah autisme akan semakin efektif dan membaik.

Pengertian

Di Indonesia, khususnya dikalangan masyarakat awam, autisme seringkali masih banyak disalah pahami. Bahkan ada yang mengaitkan autisme dengan gangguan roh halus. Mereka menghubungkan gejala autisme sebagai bagian dari bentuk kesurupan atau kesambet. Tentu saja pemahaman yang salah ini akan mengakibatkan munculnya model penanganan yang juga keliru yang sudah pasti akan menjauhkan dari upaya pemecahan masalah.

Melly Budhiman pemerhati masalah autis pernah menjelaskan, autisme adalah suatu gangguan neurobiologis yang terjadi pada anak di bawah umur 3 tahun. Gejala yang tampak adalah gangguan dalam bidang perkembangan, yang meliputi  perkembangan interaksi dua arah, perkembangan interaksi timbal balik, dan perkembangan perilaku.₁

Sementara Chaplin menyebutkan: “Autisme merupakan cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau oleh diri sendiri, menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri, dan menolak realitas, keasyikan ekstrem dengan pikiran dan fantasi sendiri”.2

Adapun terkait dengan penyebabnya, hingga hari ini para pakar kesehatan belum bersepakat bulat, tetapi ada banyak teori yang membahas tentang penyebab munculnya autisme. Teori awal menyebutkan, ada 2 faktor penyebab autisme, yaitu: (1). Faktor psikososial, karena orang tua “dingin” dalam mengasuh anak sehingga anak menjadi “dingin” pula; dan (2). Teori gangguan neuro-biologist yang menyebutkan gangguan neuroanatomi atau gangguan biokimiawi otak. Pada 10-15 tahun terakhir, setelah teknologi kedokteran telah canggih dan penelitian mulai membuahkan hasil. Penelitian pada kembar identik menunjukkan adanya kemungkinan kelainan ini sebagian bersifat genetis karena cenderung terjadi pada kedua anak kembar. 3

Fakta-fakta di seputar autisme

Karena informasi yang tidak akurat, seringkali tumbuh semacam mitos atau anggapan-anggapan yang keliru terkait persoalan autisme. Beberapa anggapan tersebut bahkan sangat menyesatkan dan tidak mendidik sama-sekali, misalnya menganggap autisme sebagai sebuh kutukan atas dosa-dosa yang dilakukan oleh para orang tua.

Berikut ini beberapa fakta diseputar masalah autisme yang mungkin bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melakukan pendidikan kepada masyarakat luas.

Pertama Autisme dapat terjadi kepada siapapun. Semua ras manusia bisa mengalami autisme. Orang kaya, orang miskin, orang dari lingkungan berpendidikan tinggi maupun rendah, semua bisa mengalami autisme.

Kedua, Autisme ditengarai oleh para ahli dipicu oleh beragam sebab. Autisme tidak muncul karena satu alasan atau penyebab. Oleh karenanya perlu kehati-hatian dalam meruntut faktor penyebab dari munculnya gejala autisme ini.

Ketiga, Autisme dapat diterapi. Jika ada yang beranggapan bahwa autis bersifat bawaan dan tidak dapat disembuhkan, maka asumsi tersebut sesungguhnya sangat salah. Faktanya, autisme adalah masalah yang dapat diterapi. Di Kota-kota besar di Indonesia saat ini sudah relatif mudah ditemui pusat-pusat terapi autis.

Keempat, Gejala autism sangat variatif, sehingga kita tidak boleh mengidentifikasi autis dengan satu gejala saja. Ada gejala autis yang bersifat pasif, dimana anak autis menunjukkan sikap yang pasif.  Tapi ada juga anak autis yang sangat agresif, sehingga merepotkan. Namun gejala yang umum ditemui, anak autis cenderung sulit mengontrol emosi.

Kelima, gejala yang sangat menonjol adalah tidak peduli lingkungan. hampir semua kasus autis menunjukkan gejala ini. Mereka seakan hidup dalam alam mereka sendiri, yang terpisah dari lingkungan sekitarnya.  HTA


Sumber:

  1. Kompas 2008
  2. autis.info

Sumber gambar:

Home

SebelumnyaAL-QARAWIYYIN - Kampus Tertua di dunia SesudahnyaBUNG HATTA

Artikel Lainnya