SEKILAS INFO
  • 4 tahun yang lalu / Ayoo makmurkan masjid kita…
WAKTU :

AL-QARAWIYYIN – Kampus Tertua di dunia

Terbit 27 June 2019 | Oleh : admin | Kategori :
AL-QARAWIYYIN - Kampus Tertua di dunia

Kampus Tertua di dunia

 

Mungkin banyak di antara kita yang menduga, bahwa Kampus tertua di dunia mestilah di kawasan Eropa atau Amerika, mengingat dua kawasan inilah yang hari ini menjadi rujukan kemajuan ilmu dan peradaban manusia di seluruh dunia. Namun fakta menunjukkan, ternyata Kampus tertua di dunia justru berasal dari benua hitam Afrika.

 

Nama Universitas tersebut adalah Al-Qarawiyyin dalam ejaan arab, dalam dialek lain ditulis sebagai Kairouine,atau  Qaraouyine. Universitas ini berada di kota Fez, Maroko. Negara Maroko sendiri berada di kawasan Afrika Utara, dengan sistem pemerintahan berbentuk Monarki Konstitusional. Sebutan Maroko berasal dari bahasa arab Maghribi, yang artinya adalah barat, karena secara geografis memang ia berada pada ujung barat dari pusat penyebaran Islam (Saudi Arabia) yang berbatasan dengan samudera atlantis.

 

Dalam sejarah perkembangan agama Islam, Maroko memiliki posisi penting dalam proses penyebaran Islam ke kawasan Eropa. Melalui daratan Maroko inilah, Islam kemudian menyebar melalui pintu Spanyol yang tepat berada di bagian atas Maroko. Dalam perkembangan selanjutnya dialog kebudayaan antara Islam dengan Eropa banyak terjadi di Maroko, sehingga terbentuk tata masyarakat Islam yang khas di kawasan ini.

 

Universitas Al-Qarawiyyin berdiri semenjak tahun 859 M, dan hingga hari ini masih aktif sebagai salah satu universitas terkemuka di Maroko. Pengakuan tentang status Al-Qarawiyyin sebagai institusi pendidikan tinggi tertua di dunia bahkan datang dari lembaga pencatat rekor internasional yang sangat kondang yakni  Guinness Book of World Records, yang memberikan gelar universitas tertua di dunia pada tahun 1988 kepada Al- Qarawiyyin. Bukan hanya sebagai universitas tertua, Guinness Book of World Records bahkan mengukuhkan bahwa Universitas Al-Qarawiyyin juga merupakan lembaga pendidikan tinggi pertama yang memberikan gelar ke-sarjanaan kepada para siswa yang telah meyelesaikan pendidikannya (sumber: koran.Republika.co.id)

 

Digagas oleh seorang perempuan

 

Bagi masyarakat Indonesia, khususnya kalangan pendidikan Islam sudah barang tentu pernah mendengar nama besar Ibnu Batutah, buku klasik berjudul “ Matan Jurumiyah” yang menjadi pegangan wajib para santri yang sedang belajar bahasa Arab hingga hari ini, merupkan karya Muhammad Shonhaji. Ibnu Batutah yang terkenal sebagai sejarahwan dan sosiolog dan Muhammad Shonhaji adalah orang-orang Maroko.

 

Di Indonesia juga ada paham tarekat yang cukup terkenal, namanya tarekat Tijaniah. Nah, tarekat tijaniah ini juga berasal dari Maroko, tokoh pendirinya adalah Syaikh Ahmad Tijani. Makam Ahmad Tijani di Fez, hingga saat ini sering dikunjungi oleh para pengikut tarekat tersebut. Nama lain yang nampaknya juga perlu disebut adalah Ibnu Al-Arabi, penulis kitab Ahkam Al-Quran, nama-nama tersebut adalah bukti penting bahwa tradisi ke-ilmuan di Maroko sesungguhnya sudah sangat panjang.

 

Meski pada umumnya tokoh intelektual Maroko pada masa lalu di dominasi kaum pria, tetapi gagasan membentuk lembaga pendidikan tinggi Al-Qarawiyyin justru datang dari sosok seorang perempuan. Ia adalah Fatimah Al-Fihri, ia bukan sosok yang penting dalam dunia ilmu, namun ia adalah anak seorang saudagar besar yang sangat sukses pada zamannya bernama Muhammad Al-Fihri.

 

Pada saat Ayahnya meninggal dunia, Fatimah Al-Fihri mendapatkan warisan harta yang sangat banyak. Ia mengalokasikan sejumlah besar harta yang diwarisinya itu untuk membangun sebuah masjid, yang ia dedikasikan kepada komunitas migran di kota Fez. Masjid yang kemudian terwujud dengan megah ini  diberi nama Al-Qarawiyyin.

 

Memanfaatkan ruangnya yang luas, Masjid ini pun kemudian menjadi tempat bertukar pikiran dengan dinamis dan terbuka. Banyak intelektual yang kala itu memang membutuhkan ruang kemudian saling bertukar pikiran memanfaat waktu di sela-sela ibadah. Pada perkembangan selanjutnya, Masjid pun kemudian diperluas dan mulailah di buka Madrasah Al-Qarawiyyin. Proses ini berlangsung pada pertengahan abad ke 9, dimana ketika itu Eropa masih diselimuti kegelapan ilmu, dan Maroko telah bersolek sedemikian rupa.

 

Perkembangan Perguruan Al-Qarawiyyin tidak terlepas dari dukungan para Sultan atau penguasa Pez dari waktu ke waktu. Beberapa pemugaran dan perluasan kawasan perguruan Al-Qarawiyyin bahkan atas inisiatif dan kebijakan para penguasa.

 

Peran Penting

 

Sebagai sebuah lembaga pendidikan, Al Qarawiyyin sudah barang tentu memiliki nilai penting dalam perkembangan ilmu dan pendidikan sepanjang sejarah keberadaannya. Ia banyak melahirkan tokoh-tokoh nasional Maroko yang kemudian berperan besar bagi pertumbuhan Maroko sebagai negara muslim yang mampu mengkombinasikan sekalgus antara Islam dan modernitas.

 

Selain sumbangsih pada perkembangan akademis, Al Qarawiyyn ternyata juga berperan penting dalam pembentukan arah peradaban Eropa. Tidak berlebihan bila majalah Time pada tahun 60-an pernah menjuluki Al-Qawariyyin sebagai obor Renaissance dari Fez (koran.republika.co.id). Gagasan-gagasan kemajuan yang dikumandangkan oleh para ilmuwan dan guru besar di Al-Qawariyyin diakui atau tidak memang memberi sumbangsih besar bagi munculnya gerakan renaissance di Eropa.

 

Salah seorang tokoh penting umat Kristen Katholik  yang kemudian namanya kerap dikaitkan dengan Universitas Al-Qarawiyyin adalah Paus Sylvester II. Pada masa mudanya, sebelum menjadi pemimpin tertinggi umat Kristen Katholik, beliau pernah mengenyam pendidikan di universitas ini (koran.republika.co.id).

 

Dialog dan persentuhan melalui semangat ilmu  antara peradaban Islam dan Kristen-Eropa di universitas ini lah yang memicu tumbuhnya corak budaya yang khas, di mana kedua belah-pihak saling mempengaruhi.

 

Hingga hari ini, Maroko adalah negara dengan penduduk mayoritas muslim yang dianggap paling toleran oleh komunitas Kristen dan Yahudi. Orang-orang Yahudi dengan pakaian khasnya sering di jumpai di kota-kota besar di Maroko dan mereka rileks dengan semua atribut dan kebiasaan mereka.

 

Munculnya kafe-kafe yang sering menjadi sarana tukar-pikiran dan bincang-bincang santai merupakan bentuk pengaruh kebudayaan Eropa di Maroko. Muslimah Maroko menggunakan hijab namun mereka juga nyaman dan terbiasa berkunjung ke kafe-kafe setempat untuk sekedar bersantai dengan kerabatnya.

 

Islam yang modern adalah salah satu nilai yang terendapkan dari perjalanan panjang pengabdian universitas Al-Qarawiyyin. Di satu sisi terbangun sikap ketaatan dalam bergama, namun menjunjung tinggi rasionalisme pada aspek yang lain. Ketika banyak kawasan Islam yang lain tergagap-gagap ketika bersentuhan dengan peradapan modern Eropa, kota Fez dan Maroko secara umum telah lama siap untuk itu, sehingga tidak ada rasa minder dan fanatisme  yang memunculkan ekstrimisme.

 

Sebagai institusi pendidikan yang telah memiliki usia demikian panjang, universitas Al Qarawiyyin tentu saja memiliki dokumentasi ilmu yang sangat kaya. Beberapa karya ilmiah asli yang sudah sangat tua banyak tersimpan di perpustakaan universitas tertua ini. Salah satunya adalah naskah asli Al-Muwatta’ karya besar Imam Malik yang telah menjadi legenda dalam literatur Islam. Risalah ini sendiri telah di tulis oleh Imam Malik jauh sebelum universitas ini ada, yakni pada tahun 795 M.

 

Dokumen lain yang juga sangat berharga dan cukup tua yang tersimpan di sini adalah salinan asli Kitab Al-Ibrar, karya besar Ibnu Khaldun, seorang intelektual muslim yang diakui kebesarannya oleh dunia Barat maupun Timur. Tentu masih banyak lagi “harta karun” ilmu pengetahuan yang terpendam di balik dinding perpustakaan dan kampus-kampunya. (HTA)

 

*Artikel ini pernah dimuat di majalah Suara Guru edisi juni 2011 rubrik jendela Dunia

 

Sumber gambar: muriwandany.wordpress.com

Sumber : exploringtheheart.wordpress.com

Sumber: ali-discovertheworld.blogspot.com

SesudahnyaAutisme

Artikel Lainnya